Kamis, 22 Januari 2015

kondisi islam

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kejayaan umat Islam pada masa lalu diantaranya, pertama, umat Islam perlu memiliki pemimpin yang memiliki komitmen kuat dalam mensosialisasikan al Quran dalam kehidupan sosial masyarakat yang dipmpinnya. Tanpa adanya elite pemimpin yang mampu mengajak rakyat mentaati perintah dan larangan Allah maka diperkirakan efektivitas dakwah akan sulit dan bisa jadi mengalami hambatan berat, karena musuh-musuh Islam tidak rela Islam dan umat islam berjaya di negara ini.
Kedua, al Quran menjadi petunjuk atau 'way of life' kehidupan masyarakat Islam. Oleh karena itu segala persoalan kehidupan dalam pembangunan di negara ini perlu mengacu pada perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya sebagaimana diajarkan Tuhan melalui al Quran. Wewenang dan kekuasaan tentu perlu diraih untuk lebih cepat mensosialisasikan nilai-nilai Islam. Meski demikian dakwah kultural tetap dilangsungkan karena keduanya (politik dan kultural) merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi.
Ketiga, pendidikan di segala jenjang tingkatan perlu memasukkan al Quran sebagai bagian yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi terutama bagi umat Islam dan lembaga pendidikan Islam. Tidak ada dikotomik antara ilmu pengetahuan dan ajaran Islam melalui ayat-ayat qawliyyah (al Quran dan Hadist). Dengan demikian maka pemahaman tentang fiqih tidak hanya pada syariat ibadah madhoh semata tetapi lebih jauh fiqih bisa dikaitkan dengan ilmu pengetahuan sehingga akan muncul pelajaran tentang fiqh sains yang akan menambah keyakinan umat Islam akan kebesaran kekuasaan Allah.
Berdasarkan pengalaman dari sejarah itulah saya mengajukan usul agar kurikulum pendidikan kita mencantumkan kewajiban bagi Muslim mempelajari al Quran dimulai terlebih dahulu belajar membaca dan menghafalnya. Setelah itu mempelajari Bahasa Arab untukj memahami, menghayati serta berusaha untuk memperoleh inspirasi (hidayah) dalam menemu-kenal ilmu-ilmu lainnya (ayat-ayat kauniyah). Saya berpendapat agar di sekolah dasar dan menengah para siswa perlu diperkenalkan dengan sejarah iptek yang dirintis oleh cendekiawan sekaligus ulama Islam. Para ilmuwan Muslim ini berhasil meletakkan dasar-dasar iptek yang kemudian dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Barat. Umumnya siswa-siswa kita hanya mengenal para ilmuwan Barat (Eropa, Ameriika) seperti Albert Einstein, James Watt, Pitagoras, Archimedes dan sejumlah ilmuwan lain non Muslim, sementara tidak ada satu pun ilmuwan Islam yang diperekenalkan dalam sejarah Iptek. Jasa saintis Islam Ibnu Sina (Avicenna) sebagai contoh telah berhasil memosisikan dirinya sebagai pelopor lahirnya ilmu kedokteran modern.
Ilmuwan Islam lain yang berjasa sekaligus perintis pengembangan keilmuwan, sebut saja misalnya Ibnu Rushd (Averroes), al Biruni, Jabir Ibnu Hayyan (Ibnu Geber). Lalu ada Ibnu Ismail al Jazari, penemu ilmu robot modern, al Mawsili, ahli musik klasik, al Ghazali ahli dibidang ilmu tafsir, fiqih, filsafat dan akhlak. Kemudian tersebut Ibnu Haitham, ilmuwan optik dari Basrah yang teorinya digunakan para saintis Itali untuk menemukan kaca pembesar pertama di dunia, serta masih banyak lagi ilmuwan Islam yang telah meletakkan fondasi bagi pengembangan ilmu modern sebagaimana yang kita rasakan dan alami sekarang ini. Albert Einstein ilmuwan fisika yang lahir jauh setelah Al Khawarizmi dan Abul Wafa meletakkan dasar-dasar ilmu matematika, trigonometri, algoritma bahkan astronomi, sehingga perkembangan IPTEK diawali oleh rumus-rumus temuan yang diciptakannya. Rumus Einstein tentang enersi yang terkenal itu juga didahului oleh penemuan mereka (ilmuwan Muslim)
Kondisi umat Islam di Indonesia saat ini masih perlu dibantu dengan berbagai kebijakan yang membawa mereka lebih memahami ajaran agamanya secara lebih baik. Oleh karena itu para guru dan calon guru (Muslim) mesti dibekali ilmu memadai yang tidak memisahkan antara agama dan sains. Pendidikan guru perlu direformasi untuk memasukkan pengkajian bidang studi masing-masing dengan mengintegrasikannya dengan pemahaman ayat-ayat qawliyyah. Dengan demikian dalil aqli dan naqli menyatu menghasilkan ilmu yang di ridhoi Allah. Diharapkan materi ajar bidang studi yang disampaikan kepada peserta didik membawa keberkahan, sehingga pada masanya nanti akan muncul karya-karya besar bidang sains dari ilmuwan Muslim Indonesia. Apabila anak-anak sejak awal sudah didekatkan dengan Al Qur'an bukan tidak mungkin anak-anak tersebut memperoleh keberkahan dari Allah sehingga menjadi ilmuwan besar.
Diharapkan umat Islam Indonesia dengan demikian tidak hanya menjadi kaum beriman tetapi juga bertaqwa yang mewujudkan manusia unggul, sehingga mampu menghasilkan peradaban manusia kelas tinggi. Kejayaan Islam akhirnya bukan tidak mungkin akan kembali terwujud dan ini merupakan suatu hal yang niscaya.


sumber :http://www.umm.ac.id/id/detail-221-kondisi-umat-islam-dulu-dan-sekarang-bagian-3-habis-opini-umm.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar