Hanya Tuhan yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi di Sampit &
Sekitarnya"
Darah dan air mata seakan tiada arti lagi. Jerit tangis terdengar
dimana-mana. Satu minggu lamanya pembantaian terus terjadi. ini berawal
ketika orang Madura mengamuk dengan sudah mempersiapkan lebih dahulu
berbagai senjata dan bom rakitan. Ini orang Madura buat untuk membalas
kerusuhan yang telah terjadi bulan Desember 2000 lalu di daerah Kereng
Pangi, Kab. Kotawaringin Timur + 100 km arah Selatan kota Palangka Raya.
Orang Madura mengadakan aksi pembalasan ini, tinggal hanya menunggu
waktu yang cocok. Dirasakan waktunya telah pas, maka pada hari Sabtu
tgl. 17 Februari malam, beberapa kelompok Madura menyerang orang Dayak
yang memang tiada persiapan apa-apa. Banyak orang Dayak kepanikan dan
lari mengungsi ke Palangka Raya, Banjarmasin atau ke pedalaman dan ada
juga yang meninggal (menurut informasi 6 orang). Orang Madura menguasai
kota Sampit sampai dengan hari Senin. Hari Selasa dan Rabu pagi masih
kelihatan orang Madura dengan berani menyerang sambil meletakkan bom di
beberapa tempat. Pada kesempatan hari-hari itu, orang Dayak datang dari
daerah alur sungai pedalaman Kalteng, daerah Barito, Pangkalan Bun,
Kaltim dan Kalbar. Sehingga pada hari Rabu sore, kota sampit sudah
dikuasai oleh orang Dayak. Dan memang, tanpa rasa belas kasih, orang
Madura yang belum sempat mengungsi dan kebetulan didapat/bertemu
langsung dibunuh. Rumah-rumah orang Madura dari Sampit sampai di
Palangka Raya, dibakar/dihancurkan. Menurut berita yang saya dengar dari
beberapa tokoh Dayak, mereka sudah mengumpulkan sampai dengan hari Sabtu
tgl. 24 Februari sebanyak 700 kepala manusia. Biasanya mereka membunuh
dengan memenggal kepala, maka kepala-kepala itu ditunjukkan kepada
pimpinan mereka. Mungkin juga digunakan untuk upacaya Tiwah. Saat ini
diperkirakan jumlah korban mencapai 2000 - 3000 orang, karena usaha
untuk mengkonfirmasikan jumlah korban itu mustahil sebab terutama
situasi yang terus menerus memanas. Puluhan ribu orang diungsikan ke
Pemda setempat dan Pos Polisi terdekat untuk dipulangkan ke daerah asal
mereka (Madura). Pengungsi tersebut dalam keadaan yang memprihatinkan.
Tempat terlalu sempit, tiada cukupnya tenda, sehingga banyak mereka
harus tahan terhadap panas teriknya matahari dan hujan. Enam (6) orang
di pengungsian telah meninggal. Satu ibu melahirkan anaknya dalam
situasi yang seperti ini. Selain itu mulai muncul macam-macam penyakit,
bahan pangan sudah tidak mencukupi terutama air. Menurut berita yang
saya peroleh telah ada 11 pengungsi telah dipulangkan/diberangkatkan ke
daerah asalnya (Madura/Jawa Timur). Bagi saya, tindakan memulangkan
pengungsi ini sudah terlalu terlambat. Orang Dayak tidak mau lagi mereka
(orang Madura) tinggal di Kalimantan.
Hari Minggu, 25 Februari mulai di kota Palangka Raya. Hanya untungnya di
Palangka Raya, banyak orang Madura sudah mengungsi. Namun tidak semua.
Bagaimana nasib mereka kami tidak tahu. Rumah tinggal mereka sudah
dihancurkan/dibakar. Menurut informasi, setelah Palangka Raya, mereka
menuju Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Barat.
Slogan Mereka: Orang Madura harus habis dari Kalimantan.
Itulah peristiwa yang kami saksikan dengan mata kepala sendiri dan dari
informasi yang kami terima. Hanya Tuhan yang tahu apa yang sesungguhnya
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar