Nabi Muhammad tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan muka merah padam.
Seperti diceritakan oleh Zainab binti Jahsy, saat terbangun itu, Nabi
tiba-tiba berkata, “Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.
Sungguh kerusakan akan menimpa bangsa Arab akibat datangnya kejahatan
yang telah dekat. Hari ini, sebuah lubang sebesar ini telah terbuka di
dinding Ya’juj dan Ma’juj.” Ketika itu, Nabi membuat tanda lubang dengan
ibu jari dan jari telunjuknya.
Legenda mengenai Ya’juj dan
Ma’juj tak hanya dikenal di dalam ajaran Islam. Dalam ajaran Kristen dan
Yahudi pun kisah mengenai se kelompok manusia yang bakal membuat
kerusakan besar di muka Bumi itu juga diceritakan, lebih dikenal dengan
nama Gog dan Magog. Adalah Zulkarnain, seorang raja besar pada masa lalu
yang telah mengurung kaum Ya’juj dan Ma’juj di sebuah lembah di antara
dua gunung tinggi (assaddain) dengan cara membangun tembok penghalang
terbuat dari besi dan tembaga, seperti diceritakan dalam Alquran surah
al-Kahfi ayat 93-97.
Lalu, dalam ayat selanjutnya, disebutkan
bahwa suatu saat tembok itu akan runtuh dan kaum Ya’juj dan Ma’juj akan
keluar. “Dan, pada hari itu (ketika tembok terbuka), kami biarkan mereka
bercampur baur satu sama lain seperti gelombang.…” Dalam Alquran versi
Departemen Agama, kalimat “pada hari itu” (yawma idhin) dari ayat ke-99
surah al-Kahfi ini diartikan sebagai hari kiamat. Namun, Dr Imran Nazar
Hosein, cendekiawan Muslim kelahiran Trinidad dan Tobago 70 tahun silam
punya pendapat lain atas ayat itu.
Karena ayat ke-98 menceritakan
mengenai akan runtuhnya tembok penghalang Ya’juj dan Ma’juj maka lebih
tepat bila kalimat pada hari itu ditafsirkan sebagai hari ketika tembok
itu benar-benar runtuh. Hari ketika kaum perusak itu akhirnya bisa
keluar dari lembah yang mengurung mereka dan kemudian bertebaran di
seluruh penjuru Bumi seperti gelombang lautan dan kemudian bercampur
baur dengan ras-ras manusia lainnya.
Ini dijelaskan juga dalam
surah al-Anbiyaa ayat 96, dari terjemahan versi Departemen Agama.
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun
dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”
Pertanyaan
utamanya, kapankah tembok Zulkarnain itu runtuh? Atau, lebih tepatnya,
apakah kaum Ya’juj dan Ma’juj itu sudah keluar dan bertebaran untuk
membuat kerusakan di muka Bumi? Kisah dari Zainab binti Jahzy, hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas dianggap Imran Hosein
sebagai konfirmasi bahwa pada zaman Nabi Muhammad masih hidup tembok itu
sudah mulai terbu ka. Artinya, dalam beberapa abad setelahnya,
kemungkinan besar kaum Ya’juj dan Ma’juj sudah menemukan jalan keluar.
Dalam
kisah sama yang diriwayatkan dalam sahih Bukhari, ada versi yang lebih
panjang ketika Zainab binti Jahsy akhirnya bertanya kepada Nabi
Muhammad. “Ya Rasulullah, apakah kita (bangsa Arab) akan dihancurkan
walaupun masih ada orang beriman di antara kita?” Nabi menjawab, “Ya,
ketika kemaksiatan merajalela.”
Pendapat Imran Hosein yang
menulis beberapa buku mengenai hari akhir, terutama kajian takwil surah
al-Kahfi, ini juga didasarkan pada belum ditemukannya bukti-bukti
arkeologis apa pun mengenai tembok yang dibangun Zulkarnain. Saat ini,
tak ada satu pun sudut Bumi yang belum pernah dijelajahi manusia atau
luput dari intaian kamera satelit. Bila Ya’juj dan Ma’juj masih
terkurung dalam lem bah maka seharusnya tembok buatan Zulkarnain itu
masih kokoh menjulang dan mudah ditemukan. Bila sudah tak ada tanda-
tanda keberadaan tembok besar di sebuah lembah curam maka ber arti
tembok itu sudah runtuh dan menjadi tugas arkeolog untuk menemukan
sisa-sisanya.
Ada pendapat sebagian mufasir yang mengatakan bahwa
tembok itu dibangun di daerah Kaukasia, di antara dua lautan (Laut
Hitam dan Laut Kaspia). Ini merupakan hasil penafsiran surah al-Kahfi
ayat 86-90 berkenaan dengan perjalanan Zulkarnain yang bertemu dua
perairan berwarna pekat di bagian barat dan timur dengan pen duduk yang
bahasanya tak bisa dipahami. Wilayah dengan topografi penuh pegunungan
tinggi dan lembah curam itu cocok dengan wilayah perbatasan antara
Georgia dan Rusia, berada di barisan pegunungan Kakukasus antara Laut
Hitam dan Laut Kaspia, tepatnya di Gunung Kazbek dan lembah Sungai
Terek, yang dikenal dengan nama Ngarai Darial.
Orang Persia
menyebutnya Gerbang Alan. Ngarai Darial dikenal juga sebagai Gerbang
Kaukasia atau Gerbang Kaspia. Orang Georgia me nyebutnya Ralani,
Darialani. Ada yang menyebutnya Porte Cu mana dan Fortes Sarmatica.
Lalu, bangsa Tartar menyebutnya Darioly. Sejak zaman dulu, Ngarai Darial
dan juga Derbent Pass telah menjadi jalur perlintasan penting di
Kaukasia bagi berbagai ekspedisi militer dari Persia, suku-suku Turki
kuno, kekhalifahan Islam, sampai akhirnya dikuasai Rusia. Jalur ini
menjadi penghubung rute dari utara ke selatan Kaukasia.
Yerusalem
Namun,
Imran Hosein yang dikenal mendukung tafsir semantik atas Alquran itu
juga menjelaskan bahwa tanda-tanda lepasnya Ya’juj dan Ma’juj juga telah
dinubuatkan. Salah satu petunjuknya ada pada surah al-Anbiyaa ayat 95,
“Sungguh tidak mungkin atas penduduk suatu negeri yang telah kami
binasakan bahwa mereka tak akan kembali.” Lihat bahwa ayat ke-96
kemudian menyebut mengenai runtuhnya tem bok penghalang Ya’juj dan
Ma’juj. Artinya, ada suatu kaum yang dulu menghuni sebuah negeri atau
tempat dan tak bisa kembali lagi ke tempat asal mereka sampai akhirnya
mereka bisa kembali lagi setelah tembok penghalang Ya’juj dan Ma’juj
runtuh dan kaum perusak itu menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Di
sini, Alquran dan Injil bersepakat bahwa ada satu kaum yang dahulu
menghuni sebuah negeri dan kemudian dihancurkan dan mereka dilarang
kembali lagi ke negeri itu. Negeri itu, dalam hal ini adalah sebuah kota
bernama Yerusalem yang merupakan kampung halaman bangsa Yahudi. Dalam
sejarahnya, Nebukadnezar penguasa Babilonia (Mesopotamia) pernah
menghancurkan Kerajaan Yehuda dan mengusir kaum Yahudi keluar dari
Yerusalem pada abad ke-6 SM sehingga mereka berdiaspora.
Kaisar
Romawi Hadrian kemudian membangun kembali sebuah kota di dekat
reruntuhan Yerusalem pada 70 M yang diberi nama Aelia Capitolina.
Langkah Hadrian menempatkan patung-patung dewa dan kuil Romawi di bekas
Yerusalem menimbulkan perlawanan kaum Yahudi yang masih tersisa di tem
pat itu yang dikenal dengan na ma pemberontakan Bar Kokhba. Hadrian
murka dengan pemberontakan itu. Bertekad membasmi Yudaisme di Yerusalem,
Romawi kembali mengusir kaum Yahudi.
sumber :http://elangilman.blogspot.com/2012/09/yajuj-dan-majud-sudahkah-mereka-keluar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar