Politisi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka mengatakan kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan dilakukan oleh pemerintahan Joko
Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) akibat warisan masa lalu pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM karena salah urus
anggaran pada pemerintahan SBY. Untuk itu, ia tak mau kenaikan ini
disalahkan pada pemerintahan Jokowi.
"Betulkah kas negara kosong
(defisit)? Berapa angka defisit yang ditinggalkan pemerintahan SBY? 80 T
atau 109 T? Jika defisit benar adanya, artinya di akhir pemerintahannya
SBY telah menegaskan salah urus negara plus keuangannya," kata Rieke
dalam siaran persnya, Rabu (5/11/2014).
Meski demikian, Rieke tak
ingin langsung berburuk sangka soal kesalahan SBY di masa lalu itu. Dia
meminta SBY sendiri yang klarifikasi atau mantan menteri keuangannya
Chatib Basri.
Hal ini penting dilakukan bukan untuk
menjelek-jelekkan pemerintah yang lalu, namun kata dia, agar jelas
kondisi keuangan negara. Menurut Rieke, SBY harus sampaikan ke publik,
transparansi kondisi kas negara penting.
"Agar pemerintah Jokowi
bisa berjalan tanpa beban masa lalu dan tidak dipecundangi para pemburu
rente, yang sepertinya bersembunyi di balik topeng subsidi penyebab
negara bangkrut," imbuhnya.
Oleh sebab itu, menurut dia, Jokowi
tidak bertanggung jawab atas kenaikan harga BBM nanti. Dia merasa yakin,
Jokowi menjadi solusi akibat salah urus yang dilakukan SBY ini.
"Pemerintah
Jokowi tidak bertanggung jawab atas indikasi salah kelola keuangan
negara yang terjadi pada pemerintah SBY, namun juga tak boleh lepas
tangan dari akibat salah urus yang terjadi. Saya masih meyakini Jokowi
adalah Solusi," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar